Kamis, 24 Oktober 2013

SLOW DEATH


Band Surabaya ini muncul di
tahun 93. Nama Slowdeath dipilih
secara asal oleh Grog (vokalis
Slowdeath) yang bingung ketika
mau main di kampusnya ITS. Band
ini sebelumnya tidak punya nama
sewaktu mendaftarkan diri
disebuah event di ITS. Terus
terang saya tidak setuju nama ini,
dan sempat protes. Tapi saya
sendiri tidak mempunyai usulan
nama yang lebih keren. Grog
memilih / menyebutkan nama ini
karena dia sangat suka dengan
lirik Slayer "Angel Of Death".
Slowdeath main pertama kali
september 93 di kampus ITS
dengan mengcover tiga lagu
Terrorizer. Waktu itu SD hanya
bertiga saja, saya & Grog juga
Farid (drumer). Saat main di ITS
ada basis additional yang
membantu.
Setelah penampilan perdana yang
bikin heboh itu, SD mempunyai
basis, Sjafri. Bareng Sjafri, SD lebih
sering tampil meskipun sebatas
kampus kampus di SBY. Dua tahun
kemudian, karena Sjafri mulai
sibuk dengan kuliah, posisinya
sementara digantikan Do-one. Do-
One adalah gitaris yang pernah
main bareng Farid di Blukuthuq.
Mulai era 95 ini, Slowdeath mulai
menulis karya sendiri, yang
pertama process of x-termination
& yang kedua The Pain Remains
the Same. Dua lagu ini akhirnya
sering diputar di Radio Rajawali,
yang sangat mendukung band-
band extreme di SBY.
Awal '96, Sjafri gabung lagi di SD.
Tapi kali ini saya 'paksa' untuk
menjadi gitaris. Sjafri sebenarnya
seorang gitaris yang bagus, tapi
dia lebih memilih bermain bass.
Karena kita semua sudah menyatu
dengan Do-One, akhirnya Sjafri
mau bermain gitar. Slowdeath
lengkap ber lima, persis seperti
yang saya impikan. Berlima , kita
semakin bersemangat menulis
lagu. Latihan digeber dua kali
seminggu. Sering kali kita berlatih
dalam kamar saya, modalnya
cuman drum bekas pinjaman
(pula) dengan hanya satu cymbal,
ampli gitar 10w, ampli bass
bikinan sendiri, dan ampli
karaoke yang dicolok ke tape
untuk gitar ke 2..vokalnya cuman
teriak2 tanpa mike.
Enam lagu bisa kita selesaikan
waktu itu. Ditambah dengan dua
lagu sebelumnya, jadi total 8 lagu.
Sayangnya keputusan akhir kita
hanya merekam 6 lagu saja ; 4
lagu baru dan 2 lagu sebelumnya.
Di tahun 96, scene metal SBY
sudah cukup ngeri. Kita dan juga
band2 metal SBY lainnya sudah
seringkali tampil.
Album atau yang saya sebut Demo
Tape I dari Slowdeath akhirnya
direkam Live di Studio Natural ,
satu Shift (6 jam) hanya dihargai
65.000. Itulah biaya yang SD
keluarkan untuk merekam Demo
Tape I "From Mindless Enthusiasm
to Sordid Self Destruction". Terus
terang dalam pemiihan judul
lagu / lirik dan judul album , Grog
adalah ahlinya. Grog selalu
mempunyai obsesi untuk menulis
lirik dengan kata2 yang sulit
dalam bhs Inggris pula. Grog
mempunyai ambisi untuk menjadi
penulis lirik terbaik di scene metal
Indonesia. Terbukti seorang
peneliti dari America keturunan
Yahudi bernama Jeremy yang kita
kenal saat kita main di Jakarta
( Jakarta Bawah Tanah I ) menjadi
kagum dan menjadikan lirik The
Pain Remains the Same sebagai
bahan tulisannya. Lagu ini, idenya
datang dari saya dan Grog,
dimana saya terinspirasi judul
lagu Led Zeppelin "The Song
Remains The Same". Dalam lagu
ini Grog menulis bahwa
penderitaan yang di alami bangsa
Indonesia pada saat masa
penjajahan , masih tetap sama
saja beratnya ketika Rezim
Soeharto (Orde Baru) berkuasa.
Jeremy kagum, karena SD berani
menulis lagu seperti itu di jaman
Orde Baru.
Pergaulan di SD bukannya adem
ayem. Kita seringkali bertengkar,
satu pertengkaran pertama yang
saya ingat adalah pertengkaran
saya dan Sjafri yang mengubah
persahabatan kita. Waktu itu kita
melatih lagu baru 'One Dismal
Day', yang masih dalam tahap
awal. Saya dan Farid berusaha
menyelesaikan lagu ini, Grog
hanya duduk saja santai. Sjafri
entah kenapa justru merecoki
bukannya membantu. Satu kata
yang membuat saya tidak
berkenan adalah ketika Sjafri
mengatakan bahwa lagu ini gak
enak. Saya membalas dengan
kata-kata "Masio ga enak, tetap ta
pakai lagu ini" . Pertengakaran ke
2 dengan Sjafri terjadi tahun 99,
waktu itu Sjafri pengen
mengubah style Grindcore
Slowdeath menjadi lebih groove
seperti Fear Factory. Saya tidak
setuju dan mengusulkan dia
membuat band baru saja.
Keputusan terakhir waktu itu,
saya memutuskan keluar dari
Slowdeath. Tapi kemudian saya
balik lagi untuk main di satu
event, karena Sjafri tidak mau
tampil waktu itu. Pertengkaran
tidak saja terjadi antara saya dan
Sjafri, tapi juga terjadi antara saya
dan Grog. Ceirtanya waktu itu,
kami tampil di Jakarta Bawah
Tanah I. Grog berangkat dari SBY
terpisah dengan kita. Akibatnya
dia terlambat datang ke event
tersebut. Kita main ber 4 saja, Do_
One jadi vokalis dadakan. Setelah
event itu saya bertengkar dengan
Grog yang merasa dia tidak salah.
Yang paling emosi saat itu atas
kelakuan Grog adalah justru Farid.
Farid usul pada saya untuk
memecat Grog, tapi terus terang
dalam hati saya waktu itu saya
tidak akan memecat Grog. Alasan
saya tidak mau memecat Grog
karena dia penulis lirik yang
sangat handal dan saya kagumi.
Grog marah besar dan membakar
semua lirik lagu baru & lama
dipenginapan di Jakarta. Dan dia
memutuskan untuk keluar. Saya
tenang karena tahu, gak bakalan
Grog keluar dari band ini.
Beberapa saat setelah pulang ke
SBY, emosi Grog mereda dan dia
balik bergabung dengan band ini.
Waktu itu kita tiga kali bermain
dengan Do-One sebagai vokalis,
karena Grog sibuk menyelesaikan
kuliahnya. Grog juga pernah
bertengkar dengan Sjafri, waktu
itu kita tampil di gdg Cak Durasim.
Grog melakukan kesalahan dalam
lagu 'Represi' dan dia sangat
menyesal sekali di back stage.
Sjafri dengan enteng bilang kalau
gak usah disesali, maksudnya
baik. Tapi Grog menanggapi
dengan marah dan hampir saja
memukul Sjafri.
Di tahun '98, Slowdeath masuk ke
studio untuk merekam album
berikutnya. kita memilih untuk
memakai studio Lasika. Alasan nya
hanya untuk menjadi beda
dengan band2 lain yang merekam
di Natural Studio. Materi untuk
album ke 2 ini terkumpul
sembilan lagu. Dan kami merekam
semuanya. Hanya sayang sekali
saat mixing, dana kita hanya
cukup untuk lima lagu saja.
Akhirnya saya putuskan untuk
merilis ke lima lagu itu saja
dengan titel "Learn Through Pain".
Di saat merekam album inilah,
saya sadar kalau Farid bermain
dengan sangat kacau untuk
masalah tempo, ketukan dan juga
pedal doublenya. Dari pengalaman
ini, saya belajar banyak masalah
tersebut, semuanya saya
dapatkan dari teman baik saya
Afif ( RIP ). Afif banyak memberi
tahukan kesalahan-kesal ahan
dalam album itu.
Tahun 99, kita ditawari untuk ke
2 kalinya masuk ke Metalik Klinik.
Pertama diajak bergabung
dengan MK II, saya menolak.
Alasan penolakan waktu itu
karena materi band yang ada di
MK II tidak sebagus MK I. Saat
ditawari masuk MK III, saya mau
karena band yang ada di MK III
keren keren semua. Selain
kompilasi ini, SD juga ditawari ikut
dalam Tribute to Rotor. Saat
mengisi kompilasi MK III, Farid
usul untuk merekam ulang lagu
Policy Of Fear. Saat merekamnya,
karena saya sudah lebih paham
masalah ketukan dan tempo,
akibatnya, sekali lagi terjadi
pertengkaran kali ini antara saya
dan Farid. Akhirnya saya putuskan
untuk Copy Paste data dari lagu
Policy Of Fear dimana Grog
bernyanyi dengan bahasa
Indonesia dan mengubah judul
lagu ini menjadi Represi.
Di tahun 2000, saya melanjutkan
memixing sisa 4 lagu Learn
Through Pain. Hasilnya saya
jadikan album Propaganda. Untuk
promosi album ini SD membuat
satu pagelaran legendaris
Slowdeath Live di Flower Cafe.
Setelah event ini, dua personil SD ;
Sjafri dan Do-One memilih untuk
berhenti. DO-One ingin
berkeluarga dan saya tidak ingat
alasan Sjafri untuk keluar atau
berhenti. 2001, SD mengajak Afif
untuk mengisi posisi bass ; dan
kemudian Erik ( Band : Penjahat
sekarang Pulverizer) juga ikut
bergabung di akhir 2001. Setahun
kemudian kita menemukan sosok
basis yang pas untuk band ini
yaitu Garbo (Incerse). Formasi
2002 inilah yang merekam satu
lagu untuk tribute Rotor. Formasi
ini sempat menulis 5 lagu baru,
sayangnya semua demo yang kita
rekam hilang. Di 2002 ini saya
juga mulai bergabung dengan
Tengkorak. Resmi bergabung
dengan Tengkorak tahun 2003.
2002-2004, Slowdeath masih aktif
untuk main di event-event besar
atau kecil. Hampir setiap 2
minggu sekali kita tampil. Tapi di
era ini, saya dan Farid sudah tidak
mempunyai hubungan yang baik.
Saya kerap protes pada
permainan Farid yang tidak
semakin membaik, juga dengan
attitudenya yang sangat
mengganggu. Akhirnya saya
putuskan untuk membubarkan
band ini di tahun 2004. (samier)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar